Sebut saja Agus bukan nama sebenarnya. Saya kenal beliau sebagai biker vespa yang biasa mangka di sebuah instansi depan THR Solo Slamet Riyadi. Sambil berjualan pulsa, brother itu banyak pelanggannya dari kantor yang persis berada depan THR Sriwedari Solo. Tadi bertemu habis sholat isya dan sempat minta gambar atau foto, ternyata sudah tak dikehendaki lagi. Kaget juga sobat, apa pasal ?. Inilah yang akhirnya menjadi ide buat tulisan yang barangkali ada yang alami serupa. Mas Agus, sebagai petoring sejati sudah melanglang baik rombongan atau single fighter menjelajah Jawa Bali sedikit Sumatra. Dengan vespa jadulnya besutan 60 an menjadikan style dan gayanya, makin losta masta saja. Cukup bawa 1 tas berisi HP 2 buah, satu buat jualan satunya buat komunikasi antar kawan kawannya baik sesama biker atau pelanggan. Bermodalkan sesama biker yang bekerja di instansi tempat mangkalnya, pelanggan dari kantor tersebut menaruhkan pulsanya di hadapan vespaholic ini. Saat awal bermain kaos biker awal awal dulu, saya sempat dikenalkan berbagai komunitas yang ada di wilayah Solo sekitarnya. Berbekal kaos vespa yang sempat dibuat, melesatlah kenalan kami dari roda 2 hingga roda 4 di kota Solo. Tiap pulang Solo, ada saja new customer yang ia kenalkan. Pengalamannya yang luas membuat persahabatan dan jalinan tiada batas.
Vespa Biker Inzet |
Dari beliaulah akhirnya kenal apa itu IKOSA, wadah semua klub otomotiv yang ada di Solo baik klasik, trend/ baru, roda 4 baru, hingga roda 4 klasik. Kehadiran ziproduction di Solo kurun 5 tahun lalu cukup hidup dengan sebaran kenalan kenalannya. Tiap pulang ada saja yang menghubungi dan jadi relasi hingga menjadi pemesan setia ziproduction jogja. dari Solo membawa order, di Jogja sebagai studio eksekusi berlangsung hingga 4 tahunan dan cukup menghidupi di samping acara motor klasik lainnya khususnya motor inggrisan dan CB. Sempat temu di jalanan saat bulan puasa kemarin, beliau sibuk melayani pelanggan pulsa & jualan es campur musiman ( untuk buka puasa ). Ada yang aneh, vespanya dimana ?. Karena sedang sibuk, tancap saja, pikirku.
Namun tadi habis sholat Isya, ada wajah yang lain dari yang lain biker kawakan itu meski usia masih relativ belum tua. Sekitar 40 an. Yang lain adalah memakai pecis/ kopyah serta baju koko ( khas buat ke masjid ) dan celana setengah betis. Saya sendiri mengenakan batik kesukaan, maklumlah karena sama sama sedang ada keperluan. Saat bertemu, sapaan yang hangat " gimana khabar bro ", sapaan khas biker atau non biker. Tanpa diminta jawaban, ia langsung bilang : vespaku wes tak dol, mumpung regone dhuwur. Vespa saya sudah saya jual, mumpung harga sedang tinggi. Kata kata yang keluar lainnya : pokoknya hidup saya sekarang saya gaspol kan untuk ibadah, kata bro Agus. Hidup sambil lewat sajalah, insya Alloh hidup dan bisa makan asal tak makan yang aneh aneh serta hidup aneh aneh. Hidup aneh itu, gimana kawan ?. Jawabnya : yang penting sesuai ukuran saja, jangan di stroke up !. Haduuh, mulai dihubungkan dengan blok blok an mesin. namun dari sinilah muncul ide menulis " Hijrahnya Biker Sejati Dari Touring "
Ada hal yang menarik dari sekilas pertemuan tadi, katanya sekaligus pintanya : Kapan Pak Pul (panggilan nama saya), saya bisa berpartisipasi buat ke Rohingya.. !. Bagai disambar truk atau petir......bingung mau jawab dan memulai jawabannya. Memang saya juga peduli dengan Rohingya, bahkan sempat meminta seorang khotib agar dalam khutbahnya mendoakan kawan kawan di rohingya, karena hanya ini jalan satu satunya yang bisa dilakukan. Adapapun pendanaan, insya Alloh ada yang urus dan andil. Namun beda dengan sang biker itu yang saya angkat judul dengan , membuat sedikit banyak kami cukup berhidmat. Alih alih profesi menjadi peralihan beneran dan nampaknya ketulusannnya tak bisa dibendung untuk alih profesi dari raja jalanan menjadi raja amalan ( berlomba kumpulkan bekal buat hidup sesudah kematian ) atau bahasa lainnya bekal di akhirat. saya belum mampu mengunggah jawaban itu, karena darimana mikir rohingya dari sisi gaspol kesana atau mobilisasinya. Saya yang sedang menunggu ibunda yang memang harus ditunggu, belum bisa kasih kabar hingga tulisan ii dibuat. Akan tetapi salut dan apresiasi atas niat baiknya itu meski rasanya maksud & tujuannya tak mudah. Semangat biker jalanannya, ia ubah menjadi energi pengabdian dalam arti sebenarnya. Selamat berusaha Mas Agus, demikian sebutnya saja. Semoga peralihan alam ini membuat anda bahagia, sebagaimana tadi engkau bilang : pokoknya hidup saya abdikan untuk ibadah.
Why Not brother......Mudah mudahan jalan anda dimudahkan dalam situasi apapun, Amin.
0 comments:
Posting Komentar