Minggu, 26 Maret 2017

Berkumpul Dan Touring Ada Sejak Dahulu

Kegemaran para biker untuk kumpul, bersenda gurau hingga membicarakan sebuah atau beberapa persoalan adalah sebuah kejadian yang tak setiap hari. Jika ada, berapa besar baiaya dan untuk apa..?. Berkumpul tentu melibatkan banyak pihak dan ada semacam mobilisasi. Sebut saja saat acara ini, berbagai persiapan baik individu atau klub mengantisipasi dari awal. Ini untuk acara sekelas jambore nasional. Yang acara CB lokal pun sama, hanya tak seheboh dengan tajuk nasional. Sesampai di tempat acara CB atau acara sejenis lainnya biasanya saling memperkenalkan diri, lapor panitya, atau sekadar istirahat dan makan minum melepas penat usai touring.

Senangnya Kalau Sudah Berkumpul 

Orang orang zaman dahulu pun suka adakan perjalan, jika sekarang diartikan dengan touring juga tak ada salahnya. Bedanya bila sekarang dengan roda 2 atau roda 4 jika perlu lebih roda 4 (truk). Sedangkan orang orang zaman dahulu dengan jalan kaki, kuda, unta, gadjah (kisah raja abrohah saat mau serang ka'bah), kombinasi misalnya dengan gerobag atau dokar seperti di ndonesia dan saya saat kecil amat menikmati keberadaan dokar dan gerobag. Dan yang sudah mulai jarang adalah dengan bersepeda saat ke sekolah atau ke tempat kerja. Hampir semua pengguna (end user) lebih memilih dengan motor minimum roda 2 (twoo wheels). Yang fenomenal adalah perjalanan manusia ke langit bahkan tembus langit 7 ( isro mikroj ) dengan bouroq sejenis hewan dibawah kuda namun diatas khimar (sejenis keledai), sebagaimana kisah dalam QS Al Isro dari awal awal.


Rest Area Jamaah Umroh Madina-Makkah

Menyambung dengan perjalanan panjang penulis, dari umroh kemarin yakni 9 jam perjalanan dengan Garuda ( jakarta-jeddah), bagaimana bila ditempuh dengan kapal laut dan berapa lama. Sampai Jeddah, konon ada makam Ibunda dunia ( Siti Hawa ) yang sempat saya lihat cukup panjang dari bus yang sedang berjalan dengan kecepatan rendah (pelan pelan). Cukup panjang juga jika kisah dan makam itu memang benar adanya. Pekan lalu di Solo TV ada siaran tentang perjalanan sejarah, terekam oleh pembawa acara tentang lokasi dan tempat makam Qabil-Habil ( anak anak dari Adam Hawa ) yang pertama saat itu memang putra Adam Hawa ditakdirkan kembar. Makam kedua anak itu yang kebetulan dikisahkan Al Quran memang terlibat semacam tindakan kriminal pertama di dunia, satu ingin membunuh lainnya (Qabil berhasil membunuh saudaranya bernama Habil ) dan maka keduanya berada di kawasan India.


Adam & Hawa bertemu di Jabal Rahmah

Videonya dengan jelas menceritakan keadaan kedua makam yang saling bersebelahan dan panjangnya lebih kurang 30 meter. Dalam benak kita, keduanya masih kanak kanak saja panjangnya seperti itu.  Bagaimana dengan Adam dan Hawa selaku orang tuanya...?. Anak anaknya lokasi makam di India, sedang Ibunya di Jeddah dan kalau tak salah India-Jeddah memakan waktu lebih kurang 5 jam penerbangan. Adapun Adam dan Hawa bertemu di Jabal Rahmah ( Gunuh Rahmah ) di Makkah. Berapa jarak mereka berjalan ( touring ) dan tentunya masih dengan jalan kaki, karena kedua manusia ini baru saja diturunkan ke dunia akbat kealpaan dan khilaf yang dilakukan Adam-Hawa, dan kisah ini juga diceritakan dalam Al Quran.

Warna Coklat Makam Hawa di Jeddah

Ride To Journey, sebuah slogan yang familier di kalangan biker di dunia baik motor kelas baru atau klasik. Secara umum demikian. Tak pelak lagi saat menyusuri Madinah-Makkah dengan bus/ travel umroh, saya yang tak henti hentinya dalam keadaan terjaga dan lainnya pun nyenyak dan kenapa..? Mungkin disinilah jalur utusan Alloh SWT : Nabi Muhammad SAW telah hijrah ( pindah ) atau dengan kata saat ini touring darat hanya berdua dengan sahabat setia Abu Bakar RA menyusur hampir 500 km menantang hamparan padang pasir dan tentu saja  dengan panas dan dingin. Sempat saya kena flu di Madinah dengan suhu -5 derajad Celcius. Double Toring N Muhammad SAW dengan sahabat setia yang kaya raya tanpa bekal, karena penduduk Makkah telah berniat akan berbuat jahat dengan Sang Manusia Terpilih ini. Andai dengan motor pun saat ini, dipastikan orang atau warga setempat akan enggan sebab resiko di jalan plus tak ada fasilitas bengkel jika ada masalah. Jarak 500 km ini jika di Indonesia asumsinya dengan kereta memakan waktu 10 jam ( klas bisnis ), lalu bagaimana kedua manusia hebat saat itu ber-touring darat dengan jalan kaki..?

Gambar dibawah ini tentang peta jalur Musa seberangi Laut Merah 
( sumber : https://tunjungbudiwati.wordpress.com/jejak-penyeberangan-nabi-musa/ )

Peta Jalur Musa  membelah Lautan

Tak kalah hebatnya kisah saat N Musa AS yang karena ancaman Firauan touring dengan sarana yang ada baik kuda atau jalan kaki akan seberangi Laut Merah..?. Dengan mukjizat tongkat, akhirnya Yang Mengutus Musa berikan sarana dan fasilitas, yakni lautan menjadfi daratan bahkan sesuai dengan komunitasnya ( 12 jalur lintasan ) menyeberangi dari bumi Afrika hingga Tanah Arabia. Tentu perjalanan touring ini cukup memulau dan ada sebuah video yang mengilustrasikan perjalanan/ touring N Musa AS yakni dalam mini film.




Kembali ke pembicaraan awal, bahwa berkumpul dan touring ada sejak dahulu  nampaknya perlu sebuah kutipan ayat dari kitab suci Al Quran yang menyatakan bahwa Tuhan ( Alloh SWT ) sudah menyediakan sarana untuk itu bahkan di gunung sekalipun dalam QS Al Mursalat : 25-27
  1. Bukankah Kami (Alloh SWT) menjadikan bumi tempat berkumpul, tersebut di ayat 25.
  2. Orang-orang hidup dan orang-orang mati? di  ayat 26 , terkadang ada yang meninggal saat di lokasi  atau sebelum sampai lokasi 
  3. Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar. ( ayat 27 )

Dari 3 ayat tersebut, sangat mudah dan jelas bahwa kebutuhan manusia era/zaman dahulu meskipun menempuh medan yang bervariasi Sang Pencipta Alam telah menyiapkan segala keperluannya. Baik dari sisi tempat singgah hingga kebutuhan pokok serta basic yakni air. Tak ayal lagi, dinamika penduduk dunia sampai kapan pun tak perlu dikhawatirkan karena Sang Pencipta sekaligus Sang Pemelihara alam semesta ini sudah berjanji mencukupi kebutuhan di muka bumi, jadi tak perlulah repot repot pindah alam semesta sebagai tempat kehidupan, apalagi sekedar touring yang tidak musti setiap hari. Bedanya hanya masalah kelola atau manajemen saja, yang karena penemuan dan diatur negara bisa diadakan dengan kemajuan teknologi apalagi didukung pendanaan dari penduduk entah iuran atau retribusi.


0 comments: